Jadi
orang miskin emangnya enak? Hidup payah, semua serba susah, tidak
pernah bahagia, jarang mencicipi makanan enak, terpinggirkan, pakaian
tidak pernah berganti dan lain-lain. Ini adalah sebagian stigma yang
melekat pada orang miskin. Apakah stigma ini benar adanya atau hanya
sebuah stereotype sosial?
Jelas
penilaian tersebut adalah sebuah stereotype sosial karena belum tentu
orang miskin seperti yang dikatakan diatas, bahkan keadaan yang
dirasakan oleh orang miskin bisa sebaliknya. Mengenai kebahagiaan,
karena dia adalah perasaan subjektif, maka untuk mengungkapkan bahagia
tidaknya seseorang maka penilaiannya juga harus subbjektif, artinya
bahwa perasaan senang atau susah harus diungkapkan langsung oleh yang
bersangkutan, bukan sebuah generalisasi atau fakta yang dilihat dari
luar. Penilaian yang objektif justru akan mengaburkan dan kemungkinan
akan bertolak belakang dengan fakta yang sesungguhnya.
Benarkah
orang miskin identik dengan kesusahan? Sebagai seorang yang dilahirkan
dari keluarga miskin, dan masih tetap miskin sampai sekarang, ternyata
kebahagiaan itu selalu datang menyertai, dan saya rasa semua orang
miskin sama seperti apa yang saya rasakan. Kebahagian itu adalah milik
semua orang, dan porsi terbesar kebahagiaan ada pada orang miskin,
karena hal-hal berikut ini:
Orang Miskin Biasanya Mudah Bersosialisasi dan Berdaptasi
Jangan
minder jadi orang miskin, karena tidak semua orang dapat hidup dalam
keadaan seperti ini. Kita adalah orang kuat. Memang penampilan terkadang
terlihat norak, tapi lebih norak lagi jika orang kaya jadi orang
miskin.
Karena
dibesarkan dalam keluarga dan masyarakat yang terbuka, sehingga
sosialisasi dan adaptasi dengan orang-orang adalah hal yang paling
menguntungkan. Jarang ada orang miskin mengalami kelainan tingkah laku
seperti menarik diri dari pergaulan sosial. Dalam hal pekerjaan, orang
miskin paling bisa beradaptasi, mereka bisa menduduki posisi dimasa
saja, dari kuli bangunan hingga menjadi seorang manager. Ini karena
orang miskin biasanya ditempa dengan kehidupan yag keras.
Keluarga yang Penuh Cinta dan Perhatian
Biasanya,
karena sibuk mengurus dan menambah perbendaharaan harta, seseorang
tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan keluarga. Urusan rumah tangga
adalah urusan pembantu. Jadilah anak mereka seperti mental pembantu,
kurang perhatian dan kasih sayang. Mereka biasanya tidak mencerminkan
tingkah laku yang sama dengan orang tuanya, tetapi mencontoh tingkah
laku pengasuhnya. Mungkin masih lumayan jika pembantunya mengerti
tentang bagaimana merawat perkembangan anak, kalau tidak, bisa jadi anak
mereka menjadi sesuatu yang “lain”.
Dalam
keluarga miskin, mungkin waktu lebih banyak dihabiskan bersama dan
bercengkerama dengan keluarga. Dan inilah kebahagiaan terbesar yang yang
dialami oleh suatu tumah tangga. Bercanda, ngobrol, bukti bahwa mereka
hidup bahagia. Keluarga adalah tempat tinggal dan tujuan utama.
Hidup Miskin Makan Selalu Enak
Mungkin
ini adalah sebuah fakta yang tidak masuk akal, tetapi ini sebuah
kenyataan. Bagi orang miskin, makan hari ini, walaupun sekadarnya, dan
menu yang tidak menarik bagi orang kaya, tetapi bagi mereka adalah
sebuah kenikmatan terbesar. Mereka akan bersyukur dengan rezeki hari
ini. Berbeda dengan orang kaya, walaupun makanannya terlihat
lezat-lezat, tetapi tidak senikmat orang miskin jika makan. Orang kaya
takut kolesterol, takut jerawatn, takut penyakit jantung dan lain-lain.
Jika orang kaya makan ditempat orang miskin, bisa dipastikan mereka
tidak akan sanggup, dan kemungkinan akan kena berbagai penyakit, karena
tidak adanya anti bodi mereka terhadap makanan yang biasa dikonsumsi
oleh orang miskin yang kadang mengandung bakteri berlebih.
Tak Perlu Khawatir untuk Hari Esok
Hari
esok adalah sebuah penantian yang belum pasti, entah masih hidup atau
sudah mati. Bukan berarti tidak ada persiapan dan usaha untuk hari esok,
tetapi kehidupan hari esok jangan terlalu dirisaukan, apalagi
menimbulkan stress. Karena hari esok adalah masalah baru dan butuh
pemecahan masalah dan selusi yang terbaru. Cukuplah hari kemarin dan
hari ini adalah pelajaran untuk menghadapi hari esok.
Kekhawatiran
akan jatuh jatuh miskin bagi orang kaya, ketakutan bangkrut adalah
bukti tidak adanya rasa syukur dan biasanya rakus. Ini adalah penyakit
orang kaya. Bisa dipastikan, tidak ada waktu bagi mereka untuk bahagia
dan bercanda hari ini, karena waktu bagi mereka adalah uang, padahal
uang itu ibarat minum air laut, tambah minum tambah terasa haus.
Tujuan
hidup sebenarnya bukanlah uang, tetapi untuk menciptakan kebahagiaan.
Dan itu lebih banyak dimamfaatkan oleh orang hidup miskin. Mereka
mempunyai waktu untuk merasakan kebahagiaan itu. Semakin bahagia
seseorang, semakin terasa bermamfaat hidup didunia.
Apakah anda termasuk orang yang beruntung dan hidup bahagia hari ini?
sumber : http://www.psychologymania.com/2011/09/keuntungan-menjadi-orang-miskin.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar